Pages

Saturday 22 March 2014

How can?

I feel so more pain. I'm the foolish one. Why? Why should I keep this feeling so long? Why should I start it then? Why should I fall for him? The answer of those questions is just because of decision. I've decided to depend on this feeling.
But I will end this feeling as soon as God gives me His answer. I won't to be like this anymore. It's more than 8 years. And now I can see how fool I was.
From the start I always pray to God. I prayed for him when I remembered him. I wish I could be a part of his life, his own breath. When I looked to the sky, I always thought "Ah, there's our star! The brightest one! I wish you could see that!" I want to be there, I want to go to the place where he take his path. I want to be with him. I want to be his side. I want scream out loud to him. I will shout how happy I am if I can be a lil piece of  his memories. But I know. It's my selfish side. I even don't understand his heart.
They told me not to depend on a man. But I just think about him when I saw another man. "Are you better than him? Do you good on singing while playing guitar? Can you play soccer or badminton? Can you lead a team for a project?" I always take my mind onto him. My friends show me how great a man who they like. But I always say, "No! He is so ordinary." I must be crazy so many times!
I just wish I could understand his feeling. I just want to know what he feel about me. I like him from deepest of my heart. I'm afraid he will get farther if he knows my feeling. So I can't tell him. Sometimes I hate him. But so many times I miss him. Sometimes I curse onto him. But so many times I praise him.
He keeps amazing me. How he talks to me. How he looks at me. How he curse me. How he motivate me. How he cares to me. How he hate me. Everything he did to me. It keeps my eyes to those!
So, what can I do? A woman who don't mature yet like a man who totally amazing. I like him. I want to know his feeling. But I won't told him what my feeling is. It's hard to say. It's hard to live like this too. I want to let him goes if he's not my destiny. I won't be so selfish. I like him. So I let him to go what he want to go, be with who he wants to be with. And I'm ready to get hurt more.

Falling in love means to get ready to take the pain and hurting so many times. Because human always has his/her own perception. 

Wednesday 2 May 2012

Sepucuk Surat untuk Dia, Pelangi Hari-hariku

"Never mind I'll find someone like you..." Adele - Someone Like You
Aku tak pernah setuju dengan lirik lagu itu. Tak ada orang yang sama di dunia ini. Begitupun dengan dia. Tak ada yang akan bisa sama dengan dia... None like him!


Seandainya waktu bisa berputar, pasti aku sudah putar waktuku ke masa lalu, masa di mana aku bisa bersama dia. Setiap hari, jam, menit, detik kami selalu terhubung. Jarak bukanlah masalah untuk kami. Kami bukan sepasang kekasih. Kami hanya sahabat. Ya, sahabat. Atau lebih dari sahabat namun bukan pacar. Keberadaannya di hari-hariku selalu membawa warna tersendiri.

Semuanya berawal di saat aku menjadi kakak pembina baginya. Aku 9 bulan lebih tua darinya namun dia berada 2 tingkat di bawahku. Awalnya dia memanggilku dengan sebutan ala orang tiongha memanggil kakak perempuan. Dia memanggilku "jiejie" (Cece). Seiring berjalannya waktu, hubungan diantara aku dan dia bukan lagi sebatas kakak dan adik bina. Dia mulai berani memanggil namaku tanpa sebutan adat kesopanan, bahkan dia memiliki panggilan khusus. Bukan hanya dia tapi kami. Ya, kami memiliki banyak hal yang hanya kami berdua yang tahu. Aku tak pernah mengira hal ini terjadi di antara kami.

Aku tak pernah tahu bagaimana perasaannya. Yang aku tahu hanyalah perlakuannya, perkataannya, dan tatapan matanya sangat berbeda kepadaku. Aku tak pernah mau menganggap hal itu berlebihan. Aku hanya menganggap semuanya hanyalah rasa sayang "sinyo" kepada "jiejie" nya. Tapi orang lain tak berpendapat demikian. Orang-orang di sekeliling kami, mulai dari anak kecil yang menjadi murid Sekolah Minggu-ku di gereja, teman bermain kami, hinga kedua orang tua kami, semuanya... ya semuanya menganggap ada hubungan lebih diantara kami, hubungan di mana bukan lagi kakak dan adik. Kedua orang tuaku sangat menyayanginya. Begitu juga kedua orang tuanya yang sangat menyayangi dan memercataiku lebih dari anaknya sendiri. Berulang kali aku menegaskan bahwa kami hanya kakak dan adik. Ya hanya aku. Dia tak pernah. Bodohnya aku baru menyadari hal itu ketika jurang besar sudah memisahkan kami.

Aku tak tahu apa aku mencintai dia. Bagiku sulit untuk mengatakan bahwa aku mencintainya. Tapi, di saat semuanya telah berubah, aku hanya menyadari 1 hal. Aku sangat merindukannya. I really miss him.

Aku sangat merindukan kehadirannya di hidupku.

Aku rindu SMS gak jelasnya...

Aku sangat rindu ponselku melantunkan nada dering dan ketika kuangkat aku mendengar suaranya sedang menyanyi dengan nada falls..

Aku benar-benar rindu deringan ponsel tanda miss called berkali-kali saat aku sedang fokus belajar atau hendak terlelap..

Aku rindu getaran blackberry-ku tanda PING!!! nya masuk ke BBM ku..

Aku rindu membaca pesan-pesan konyolnya untukku...

Aku rindu membaca ejekannya yang kadang menyakiti hatiku..

Aku rindu dekapan lengannya, ulah jahil tangan dan kakinya...

Aku sangat rindu perhatiannya yang kadang berlebihan kepadaku..

Aku rindu tatapan mata jahil itu..

Aku rindu suara motornya diiringi suara kekanak-kanakannya memanggilku dari balik pagar rumah.

Aku rindu ketika dia memintaku untuk menjemput atau mengantarnya ke manapun itu..

Aku rindu ketika harus mempertaruhkan nyawa bersama dia. Mengendarai motor yang dia kemudikan dengan kecepatan tinggi. Aku selalu menutup mataku dan berharap ketika aku membuka mata aku sudah tiba di tempat tujuan dengan selamat. Dan dia selalu membawaku dengan selamat..

Aku rindu mendengar nada cemburu di suaranya...

Aku benar-benar merindukan semua itu...



Apa yang harus aku lakukan? Aku tak berani bertemu dengannya. Dia pernah kecewa terhadapku. Aku selalu mengalah dengan dia. Lalu bagaimana lagi? Semua sudah terlambat. Nasi telah menjadi bubur.  Sekarang aku hanya berusaha tegar. Aku berusaha menjadi yang dia mau: dewasa. Aku ingin buktikan pada laki-laki manja itu. Tanpa dia di hariku, aku masih bisa bertahan walau sakit dalam benak ini.

Dan satu hal lagi yang selalu ingin aku utarakan padanya.

"Aku akan selalu menyayangimu, menerimamu bagaimanapun kamu. Di manapun dan bagaimanapun keadaanmu sekarang, I wish nothing but the best only for you, my DUDUD.. You always called me Dudud, and I did. But now, we just look like two person who don't know one others.. But you mean everything for me.. I really miss you.. No one can take your place in my heart. I know that i can't fine someone else like you. You are special."


Tulisan ini aku persembahkan untuk DIA, yang pernah menjadi pelangi dalam hari-hariku...

M.A.B.W.

Wednesday 21 December 2011

Jalan-Jalan

Hai Pemenang!


Senin, 19 Desember 2011 saya dan 3 teman saya berencana untuk hang out sekalian merelakskan otak sejenak sebelum berpaling kepada tugas lagi. Seusai kuliah, saya, Karen, Nita, dan Dyah menancap gas menuju Galaxy Mall, mall yang jaraknya dekat dengan kampus. Saat itu sekitar jam 1 siang. Nah petualangan kecil kami pun dimulai.


Saat memasuki mall, kami mencari satu department store yang ternyata gak ada di mall itu. Kami mengelilingi mall itu sampai akhirnya kami putus asa. Saat kami berjalan hendak mencari lagi, kami bertemu satpam. Kami memutuskan untuk bertanya. "Pak, Matahari ada di lantai berapa ya?" tanya saya. Bapaknya dengan wajah sinis menjawab, "Kalau matahari gak ada, mbak. Yang ada Sogo."


Seketika itu juga kami segera menyingkir setelah mengucapkan terima kasih. Akhirnya kami muter-muter dan sampai di lantai dasar. Kami mencari TGA. Ternyata Toko Gunung Agung ada di lantai 3. Karen sudah bertanya pada seorang satpam wanita yang ramah. Sesampainya di sana, setelah sekian lama muter di dalam TGA, hanya Karen yang mendapatkan majalah. Yang lain hanya melihat-lihat buku. Lalu kami melanjutkan mencari toko baju untuk saya. Saya disuruh mencari baju untuk adik saya. Setelah menemukan apa yang saya cari, kami kembali jalan.