Kala itu seorang kaya
raya sedang mengendarai mobilnya yang mewah. Rupanya pria kaya itu adalah salah
satu aggota DPR. Saat itu mobil BMW
mewahnya berhenti di traffic light. Jalanan kota metropolitan itu selalu
didatangi para pengemis, pengamen, dan pedagang asongan yang memiliki rentang
usia bayi hingga lansia. Mobil mewah yang baru dibeli sang DPR itu dihampiri
seorang anak berusia sekitar 10 tahun. Anak itu adalah pengamen jalanan. Anak
laki-laki itu menyanyikan sebuah lagu dengan lirik seperti ini:
Pernah kah lo denger mafia judi
Katanya banyak uang suap polisi
Tentara jadi pengawal pribadi
Apa lo tau mafia narkoba
Keluar masuk jadi bandar di penjara
Terhukum mati tapi bisa ditunda
Siapa yang tau mafia selangkangan
Tempatnya lendir-lendir berceceran
Uang jutaan bisa dapat perawan
Kacau balau kacau balau negaraku ini
Ada yang tau mafia peradilan
Tangan kanan hukum di kiri pidana
Dikasih uang habis perkara
Apa bener ada mafia pemilu
Entah gaptek apa manipulasi data
Ujungnya beli suara rakyat
Mau tau gak mafia di senayan
Kerjanya tukang buat peraturan
Bikin UUD ujung-ujungnya duit
Pernahkah gak denger teriakan Allahu Akbar
Pake peci tapi kelakuan barbar
Ngerusakin bar orang ditampar-tampar
Katanya banyak uang suap polisi
Tentara jadi pengawal pribadi
Apa lo tau mafia narkoba
Keluar masuk jadi bandar di penjara
Terhukum mati tapi bisa ditunda
Siapa yang tau mafia selangkangan
Tempatnya lendir-lendir berceceran
Uang jutaan bisa dapat perawan
Kacau balau kacau balau negaraku ini
Ada yang tau mafia peradilan
Tangan kanan hukum di kiri pidana
Dikasih uang habis perkara
Apa bener ada mafia pemilu
Entah gaptek apa manipulasi data
Ujungnya beli suara rakyat
Mau tau gak mafia di senayan
Kerjanya tukang buat peraturan
Bikin UUD ujung-ujungnya duit
Pernahkah gak denger teriakan Allahu Akbar
Pake peci tapi kelakuan barbar
Ngerusakin bar orang ditampar-tampar
Lirik lagu milik SLANK
itu membuat sang DPR gusar lalu membuka kaca jendelanya dan meludahi anak
laki-laki itu. Begitu lampu lalu lintas berubah jadi kuning, beliau menekan
klakson berkali-kali agar mobil di depannya segera menyingkir dari hadapannya.
Sebagai manusia, apakah
hal itu patut dilakukan oleh seorang terhormat yang adalah anggota DPR Republik
Indonesia tercinta ini? Apakah sorang anak kecil itu salah bila ia melantunkan
lagu itu?
Kemiskinan di negeri ini
perlu mendapat sorotan tersendiri bagi banyak pihak. Pengangguran di mana-mana.
Rakyat telantar berlindung di bawah atap kardus. Pengemis merelakan rasa
malunya untuk bisa bertahan hidup dengan meminta-minta. Anak kecil sudah
dibiasakan hidup keras tanpa sekolah, tanpa pendidikan. Pencopet mati rasa
terhadap hukum penjara. Sementara para pejabat kaya menikmati kemewahannya
entah dari mana. Para penegak hukum menegakkan keadilan entah berdasarkan apa.
Para orang kaya banyak yang pelit. Dan paling tragis korupsi merajalela. Hakim
penegak keadilan seperti Albertina Ho yang menangani kasus korupsi Gayus
Tambunan dan menyeret pula Cirus Sinaga pun harus mengalami mutasi ke Bangka
Belitung dengan alasan promosi. Mau di
bawa ke mana negeri pertiwi ini?
Andai aku seorang
presiden dari negeri Ibu Pertiwi tercinta ini, aku ingin meminimalisir
kemiskinan rakyat, melunasi hutang luar negeri, dan mengoptimalkan sumber daya
yang ada di negeri kaya raya ini. Aku ingin semua penegak hukum itu jujur dan
bersih, tanpa suap dan mementingkan kepentingan pribadi.
Andai aku seorang
presiden Negeri Pertiwi ini…
Melihat kaum muda dan
anak-anak banyak yang tak bersekolah maupun tak berketerampilan, rasanya kita
akan melihat seperti apa negeri ini di masa yang akan datang. Tongkat estafet
ada di tangan generasi muda saat ini. Pendidikan dan keterampilan sangat perlu
bagi mereka. Bukan hanya orang berduit saja yang bisa sekolah. Mereka pun harus
sekolah. Walau saat ini tengah banyak bantuan dari pemerintah, namun pada
prakteknya banyak bantuan dana itu mengalir ke kantong penguasa yang tak
bertanggung jawab.

Mungkin banyak calon presiden
masa depan yang sudah disiapkan untuk negeri ini. Semoga bukan hanya bualan
belaka. Membenahi Negara ini bukan hal mudah.
Negara ini jadi seperti ini bukan salah siapa-siapa. Bukan salah Bung
Karno, Bung Hatta, Pak Harto, atau pemuka Negara pendahulu lainnya. Bahkan
bukan salah Pak SBY juga. Buat apa mengutuki Negara ini namun tetap tak mau
membantu demi kemajuan Negara? Negara ini seperti bejana yang harus dibentuk.
Bila ingin maju, ingin bejana ini terbentuk dengan indah, maka aka nada proses panjang
yang harus dilalui. Proses itu sakit dan akan menimbulkan banyak masalah. Namun
pada akhirnya kita pasti bisa menjadikan negeri ini sebagai negeri maju dan
makmur. Aku mau menyadari perjalanan proses ini masih panjang. Butuh juga
kemauan dari rakyat negeri ini untuk mendukung dan ambil bagian dalam mencapai
kemakmuran sesungguhnya.
Andai aku ini presiden,
aku mendengar rakyat. Bukan kekuasaan. Bukan kepentingan saja.
Mau di bawa ke mana
negeri ini bila terus begini? Kami butuh perubahan dan perbaikan. Dan untuk
semua rakyat, jangan hanya menuntut. Namun bekerjalah bersama pemerintah untuk
memajukan negeri kita tercinta ini. Saling menghormati antara pemimpin dan
rakyat. Pemimpin ada karena rakyat ada. Tanpa rakyat, para penguasa itu tak
akan pernah ada. Rakyat menhormati dan menghargai keputusan pemimpin. Begitu
pula pemimpin menghormati dan menghargai setiap aspirasi dan pendapat rakyat.
Pemimpin bukan Tuhan. Tuhan masih mengawasi dan melihat setiap manusia di dunia
ini. So, together we can do anything!
No comments:
Post a Comment